Akhir-akhir ini terdengar berkali-kali kata REVOLUSI dimuntahkan para aktivis dan mahasiswa dalam tiap aksi demonstrasi yang mereka gelar. Semua itu terjadi karena carut marut berbagai persoalan di negeri ini yang tak kunjung dapat diatasi oleh pemerintahan dari hasil pemilu langsung tahun 2009 lalu. Jujur saja, tentu sebagian besar rakyat ‘wong cilik’ Indonesia sudah muak dengan aksi-aksi para aktivis dan mahasiswa tersebut. Karena sama saja dengan golongan kapitalis dan birokrat yang sekarang ini berkuasa, mereka juga adalah mantan aktivis dan mahasiwa yang dulu selalu berkoar-koar ‘ pro rakyat, pejuang keadilan, pendekar HAM, pro demokrasi dan lain-lainnya’. Tidak ada yang beda diantara yang mengkritik dengan yang dikritik meski mengatasnamakan intelektualitas dunia akademis, selalu saja mereka membicarakan orang miskin makan nasi aking, pemerintah yang terlalu bermewah-mewah dan lain sebagainya, tetapi tetap saja mereka memilih tempat untuk berdiskusi sambil nongkrong di kafe, restoran dan tempat-tempat mewah lainnya.
Dari dulu sampai sekarang ‘otaknya’ sama saja, idealism aktivis dan mahasiswa hanya sesaat menjadi pemanis bibir, kemudian hilang menguap seiring kursi kekuasaan yang dapat direngkuh. Hiruk pikuk akibat aksi demonstrasi hanya mengakibatkan kesengsaraan rakyat, janji-janji demi membela rakyat hanyalah kotoran yang diserupakan keju lalu dipamerkan kepada rakyat di jalanan. Setengah abad lebih Indonesia merdeka, para aktivis, mahasiswa, intelektual dan akademisi telah menjadi penguasa pemerintahan negeri ini tapi tetap saja hasilnya nol! Kesejahteraan rakyat Indonesia tidak kunjung juga terpenuhi secara merata, rakyat miskin semakin lama jumlahnya semakin bertambah banyak. Kenikmatan kue ekonomi hanya dimakan sendiri oleh para kapitalis yang bekerjasama dengan para birokrat yang rakus harta benda hingga membabi buta melakukan KKN hingga tidak lagi memikirkan bagaimana nasib rakyatnya yang semakin banyak terjun bebas ke jurang kemiskinan.
Sudah saatnya rakyat ‘wong cilik’ Indonesia bergerak, percaya dengan kekuatan sendiri, bersatu padu merebut kekuasaan Negara dari para kapitalis, birokrat, intelektual dan akademis. Rakyat ‘wong cilik’ Indonesia harus merapatkan barisan, susun kekuatan untuk membabat habis para kapitalis, birokrat, intelektual dan akademis yang sudah hampir setengah abad lebih menguasai Negara ini. Wahai para buruh, petani, nelayan, pemulung dan seluruh pekerja rakyat ‘wong cilik’ Indonesia lainnya, acungkanlah sabit, parang, gancu, palu, cangkul dan apa pun peralatan kerja kalian. Dan berteriaklah, “ Sekarang saatnya rakyat ‘wong cilik’ Indonesia memimpin Negara!”
Baca selengkapnya...