Kamis, 03 Desember 2009

PENYELAMATAN BANK CENTURY, PRESTASI YANG DIMAKI-MAKI



       
Kejujuran semakin langka saja dari bumi Indonesia. Berbagai macam skandal dan rekayasa hukum terlihat jelas dan entah berapa banyak pula jumlah rekayasa politik yang telah terjadi di negeri ini. Hura-hura kasus rekayasa Bibit S. R dan Chandra M. H telah menghentakkan kesadaran public bahwa telah nyata benar-benar terjadi usaha untuk kriminalisasi KPK. Sebagai buntut dari terbongkarnya rekayasa itu adalah adanya pro dan kontra tentang penyelamatan Bank Century yang dinilai tidak menpunyai dasar hukum dan ada penyimpangan aliran dananya. Lepas dari masalah dasar hukumnya, rakyat Indonesia memang harus menuntut adanya transparansi aliran dana Bank Century meski dana tersebut tidak berasal dari APBN melainkan dana dari LPS yang sekarang menjadi pemilik mayoritas Bank Century. Karena itu merupakan hak rakyat Indonesia untuk menuntut adanya transparansi dalam setiap system yang berlaku di Negara ini agar tidak ada penyelewengan yang bisa merugikan bangsa dan Negara.

       
Lepas dari masalah politik sebenarnya kalau dilihat secara jujur dan obyektif oleh orang awam yang bukan ekonom dan tidak mempunyai kepentingan politik tertentu, penyelamatan Bank Century merupakan prestasi dari kebijakan Menkeu dan BI yang secara cepat dan tepat telah sukses membawa Indonesia terlepas dari jerat krisis ekonomi global beberapa waktu yang lalu. Bahkan dunia internasional juga mengakui keberhasilan tersebut. Sangat disayangkan apabila sekarang ini justru kebijakan penyelamatan Bank Century dijadikan persoalan politik dengan target untuk menggusur pemerintahan. Hal tersebut sangat jelas terlihat saat tokoh-tokoh barisan patah hati yang kecundang karena tidak mendapat dukungan mayoritas dari rakyat saat pemilu lalu seperti Amin Rais, Jusuf Kalla, Megawati dan lain-lain yang mulai muncul laksana pahlawan kesiangan yang membela rakyat. Kemunculan tokoh-tokoh itu melengkapi para bedebah yang lagi berkuasa justru membelokkan tujuan sebenarnya dari angket DPR yang harusnya focus menuntut adanya transparansi aliran dana Bank Century menjadi agenda licik untuk menjatuhkan Presiden dan Wakil Presiden dengan segenap kabinetnya.

       
Tidak salah kiranya mencoba memahami dan menyelami kondisi lahiriah dan batiniah saat itu waktu terjadi guncangan ekonomi global yang telah terbukti merentokkan perekonomian beberapa Negara maju. Dapat dibayangkan bagaimana kegusaran hati para pelaku ekonomi dan keuangan baik di pusat hingga daerah yang khawatir apabila terjadi krisis kembali seperti tahun 1997-1998 yang terpaksa melikuidasi beberapa bank sehingga timbul gejolak masyarakat yang berbondong-bondong menarik dana simpananya di Bank. Kesulitan dana saat krisis global tidak saja dialami oleh bank-bank nasional bahkan juga dialami oleh koperasi-koperasi di daerah, permasalahan kredit macet memang masih menjadi persoalaan kronis dalam dunia keuangan di Indonesia. Entah apa yang akan terjadi saat itu bila Bank century dengan berbagai masalah didalamnya, tidak segera diselamatkan dan terpaksa harus dilikuidasi? Apa pula yang terjadi bila hal itu memicu gejolak dari masyarakat yang tidak percaya lagi dengan perbankan nasional dan ingin menarik dananya di bank, sementara pihak bank hanya memiliki dana segar yang terbatas?

       
Kini rakyat Indonesia harus cerdas dalam menyikapi dan menanggapi berbagai kejadian yang timbul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini. Semua telah benar-benar sadar bahwa pasangan SBY-Boediono merupakan ‘pilihan terbaik dari yang terburuk’, tetapi hal tersebut tidak lantas membolehkan untuk difitnah, dicela dan dihina secara semena-mena. Pemerintahan SBy-Boediono masih merupakan pemerintahan yang sah, karenanya patut dan wajib dihormati demi martabat bangsa yang berdaulat. Meskipun begitu seluruh rakyat harus tetap memberikan kritik yang membangun dan tetap mengawal jalannya pemerintahan agar berada dijalur yang benar sehingga kesejahteraan rakyat bisa segera terwujud secara adil dan merata demi Indonesia Jaya! Baca selengkapnya...

WALI NANGROE, GAYA BARU PERBUDAKAN SESAMA MANUSIA



       
Betapa mengejutkan dan menjijikkan mendengar keinginan dari DPR NAD yang dikuasai oleh partai yang didirikan para pentolan GAM, untuk menjadikan apa yang disebut ‘wali nangroe’ sebagai lembaga formal yang mempunyai kewenangan melebihi seorang Presiden sekalipun, bahkan lebih tepatnya disebut sebagai raja baru di bumi nusantara Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperjuangkan dengan darah dan air mata seluruh rakyatnya untuk melawan penjajah dari kerajaan asing, diakui atau tidak telah dimentahkan dengan kenginan mendirikan sebuah kerajaan baru yang pada prinsipnya telah sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang mulai gigih diperjuangkan rakyat Indonesia selama lebih dari satu dasawarsa terakhir ini.

       
Kesamaan derajat, harkat dan martabat manusia akan terhapus dari bumi Aceh seiring pengkultusan satu individu bernama Hasan Tiro yang akan dibuatkan satu naungan lembaga resmi bernama ‘wali nangroe’. Lucu sekali rasanya bagi manusia dengan jiwa merdeka sebagai makhluk Tuhan Y.M.E. apabila mendengar semua itu, Hasan Tiro yang selama ini diidentikkan dengan suara keadilan dan kemerdekaan ternyata hanya akan menjadi manusia Aceh sebagai manusia rendahan kelas hamba yang mau tidak mau harus tunduk dan patuh pada titah manusia biasa dan tidak bisa lagi menyuarakan pendapat secara bebas. Ironisnya lagi selama ini Aceh telah menjadi pelopor ditegakkanya syariat Islam di bumi nusantara, teramat disayangkan apabila nanti Islam akan mendapatkan stigma buruk seiring kebebasan dan demokrasi yang terenggut dari Aceh. Seharusnya Acehlah menjadi sinar Indonesia yang memancar keseluruh penjuru dunia, karena telah menjadi bukti nyata bahwa Islam dan demokrasi bisa berjalan seiring dan sejalan secara damai.

       
Sebagai sesama warga bangsa Indonesia yang mempunyai kesamaan hak dan kewajiban di dalam hukum dan pemerintahan di republik ini, kiranya perlu diajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh rakyat Nangroe Aceh Darussalam.
Serendah itukah rakyat Aceh hingga menyetujui terbentuknya lembaga ‘wali nangroe’, raja Aceh, yang sudah pasti akan mengkerdilkan hak-hak asasi mereka sebagai manusia?
Hasan Tiro resmi diangkat sebagai raja Aceh dan menjadikan rakyat Aceh hanya sekelas hamba, puaskah rakyat Aceh dengan bukti konkret dari janji-janji para pentolan GAM tersebut yang tak segan-segan telah disuarakan dengan letusan senjata?
Apakah rakyat Aceh memang rela menerima dan memang pantas dikelompokkan secara formal berdasar kasta-kasta derajat darah keturunan, harta, pangkat dan jabatan dimuka bumi ini, padahal dalam pandangan Tuhan Y.M.E. semua manusia itu sama kecuali iman dan taqwanya?

       
Rakyat Aceh harus menjawab sendiri semua pertanyaan itu. Kehormatan rakyat Aceh sebagai individu manusia yang bebas, merdeka dan sebagai warganegara Indonesia yang simbang, sejajar dan setara antara satu dengan yang lainnya akan menjadi sangat mahal nilainya untuk dipertaruhkan.
Baca selengkapnya...

Kamis, 19 November 2009

GANYANG KPK, KONSPIRASI PARA BEDEBAH



       
Di suatu waktu, di negara tercinta Indonesia. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun tanpa terasa sudah hampir tiba masa akhir jabatan sang Presiden untuk periode pertama. Sebagai evaluasi pertumbuhan ekonomi maka diadakanlah sebuah rapat tertutup di gedung BAPENAS. Dari rapat tersebut diambil sebuah kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan harapan bahkan cenderung berjalan tersendat-sendat dan tetap tidak bisa menyebar secara merata kesetiap bagian wilayah negara. Hasil rapat tersebut tanpa menunggu waktu lebih lama lagi segera diberikan kepada sang Presiden yang memang sedang sibuk mencari bahan sebagai jargon kampanye pilpres untuk menduduki jabatannya kembali selama lima tahun kedepan. Mendapat laporan seperti itu sang Presiden pun segera memanggil gubernur LEMHANAS, sang Presiden berharap agar LEMHANAS membantu mencarikan solusi untuk menghilangkan rintangan yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

       
Dari berbagai seminar dan kajian yang dilakukan LEMHANAS mendapatkan satu kesimpulan tegas bahwa KPK sebagai lembaga pemperantasan korupsilah yang menjadi rintangan terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi, karena setelah dikaji dengan seksama banyak gerak laju para pelaku ekonomi dan pejabat birokrasi menjadi lamban karena takut akan disangka melakukan tindak pidana korupsi. Kelambanan gerak laju para pelaku ekonomi dan pejabat birokrat itulah yang menjadi dasar utama permasalahan penghambat pertumbuhan ekonomi. Maka cepat atau lambat KPK harus dibubarkan!

       
Hasil dari LEMHANAS pun telah sampai ke tangan sang Presiden yang dengan sangat cepat meresponnya dengan langkah pertama memanggil Kapolri dan Jaksa Agung, lalu menginstruksikan untuk mengambil langkah-langkah hukum yang tegas apabila ada masalah pidana yang menyangkut dengan para pimpinan KPK. Lalu Kapolri dengan reaksi cepat segera memberikan komando kepada seluruh jajarannya agar menyusun strategi mengkondisikan para pimpinan KPK dalam kasus pidana. Namun ibarat gayung bersambut, ada Ketua KPK yang secara pribadi melapor kepada Kapolri agar dibantu menulusuri pihak-pihak yang diduga selama ini melakukan teror. Mendengar itu Kapolri pun menjanjikan bantuannya kepada Ketua KPK. Tanpa menunggu lebih lama lagi Kapolri segera menugaskan Wakapolri membentuk tim yang diberi tugas menyelidiki terror yang dialami ketua KPK tersebut, dan hanya dalam hitungan jam saja dapat diketahui ada permasalahan asmara antara ketua KPK dengan seorang pejabat BUMN dan wanita simpanannya.

       
Dari penyelidikan yang dilakukan anak buahnya, Kapolri memberitahukan hasilnya kepada ketua KPK. Kemudian dengan maksud tertentu Kapolri pun memberikan pertimbangan kepada ketua KPK agar menyelesaikan sendiri permasalahannya diluar jalur hukum. Mendengar semua itu ketua KPK terdiam beberapa saat, lalu meminta waktu untuk memikirkan pertimbangan dari Kapolri. Di dalam benaknya ketua KPK memikirkan tentang cara dan anggaran yang akan dikeluarkan untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, sudah tentu nanti akan melibatkan berbagai pihak secara rahasia. Kemudian ketua KPK menghubungi rekan bisnisnya untuk mendapatkan tambahan anggaran juga meminta saran apa yang harus dilakukan sebagai penyelesaian terhadap permasalahan pribadinya itu. Dari saran rekan bisnisnya, ketua KPK diminta menjebak atau mencari-cari satu tindakan pidana yang pernah atau tengah dilakukan lawannya itu si pejabat BUMN. Karena juga merasa Kapolri yang memberikan pertimbangan untuk menyelesaikan permasalahan pribadinya sendiri, maka ketua KPK pun meminta rekan bisnisnya agar mendapatkan bantuan teknis dari anggota polisi yang kemudian mulai membentuk tim pengintai dengan dana operasional pertama sejumlah Rp.500 juta. Maka setelah itu, mulai bergeraklah tim pengintai yang dibentuk Ketua KPK.

       
Sementara sang Presiden pun tidak juga berdiam diri dengan langkah-langkah strategisnya. Langkah kedua sang Presiden yaitu dengan meminta BPKP mengaudit KPK. Namun langkah tersebut langsung menemui jalan buntu setelah mendapat tentangan dari berbagai pihak dan dianggap tidak sesuai aturan karena bukan merupakan tugas dari BPKP melainkan tugas BPK untuk mengaudit KPK. Kemudian sang Presiden mencoba dengan langkah strategis ketiga yaitu dengan memanfaatkan DPR untuk merivisi undang-undang KPK agar mengebiri kewenangan KPK sampai tidak berdaya sama sekali hingga dapat dengan mudah untuk segera dibubarkan. Namun upaya di DPR menemui jalan buntu karena pertentangan kepentingan politik di dalam sidang-sidangnya membuat keinginan sang Presiden tidak dapat terpenuhi. Bahkan karena langkah strategis sang Presiden agenda DPR pun menjadi terganggu, seperti perumusan undang-undang TIPIKOR . Dan justru tertanggunya agenda DPR itu menjadi beban tersendiri bagi pemerintahan sang Presiden.

       
Di tempat lain apapun yang dilakukan oleh ketua KPK tidak pernah lepas dari pengamatan Kapolri. Termasuk disela-sela kesibukan menyelesaikan permasalahan pribadi, ketua KPK mendapat laporan ada penyuapan terhadap pimpinan KPK yang lain, sebenarnya semua itu tidak lepas dari kinerja strategi skenariopenjebakan dari jajaran Polri lewat peran serta makelar kasus yang berkeliaran dikalangan kepolisian dan keaksaan. Perangkap kasus penyuapan ini telah dipersiapkan dengan matang untuk menjebak para pimpinan KPK, sudah tentu pasti juga melibatkan orang dalam KPK yang menyelewengkan jabatan dan wewenangnya dengan merangkap diri sebagai mekelar kasus di KPK. Jumlah milyaran rupiah dari uang penyuapan yang digulirkan untuk operasi menjebak pimpinan KPK diharapkan mampu menarik ketua KPK untuk turut serta memuluskan rencana pelemahan KPK dari dalam, tetapi sebenarnya uang tersebut dibagi-bagi sendiri oleh para makelar kasus dan juga dinikmati oleh oknum Polisi dan Jaksa. Namun reaksi Ketua KPK tidak sesuai harapan dari scenario yang telah direncanakan, ternyata jamuan di Singapura oleh buronan koruptor penyandang dana operasi itu lewat adiknya yang terkenal sebagai makelar kasus juga dekat dengan pejabat di kejaksaan dan kepolisian, tidak juga membuat Ketua KPK memproses kasus dugaan penyuapan di lembaga KPK yang telah didengarnya. Hal tersebut sangat membuat marah para pihak yang terlibat dalam scenario penyuapan itu terutama dari jajaran Bareskrim Polri. Kabareskrim Polri yang juga telah mendapat perjamuan di Singapura dari sang koruptor penyandang dana operasi, memang punya andil besar dalam skenario rekayasa penyuapan pimpinan KPK. Hingga kemudian semua kondisi itu telah dilaporkan dengan seksama kepada pimpinan Polri.

       
Kekecewaan terhadap ketua KPK semakin terlihat jelas setelah ada perintah menghilangkan musuh Negara dari institusi Polri, yang ternyata musuh Negara itu adalah lawan asmara ketua KPK yang seorang pejabat BUMN. Dan dengan diam-diam tim yang dibentuk Kapolri sebelumnya sudah pula ditambah dengan personil sniper masih saja ikut membayangi tim yang dibentuk oleh ketua KPK, kemudian tanpa terduga sudah terlebih dahulu melakukan eksekusi menghilangkan musuh Negara. Sudah dapat dipastikan sebagai kambing hitam adalah tim pengintai dari ketua KPK yang dijerat kasus pembunuhan berencana dan harus masuk tahanan. Tidak lama kemudian kasus dugaan penyuapan terhadap pimpinan KPK lainnya pun juga ikut terbuka lewat taktik dan strategi Bareskrim Polri dengan menjadikan pengakuan ketua KPK di dalam tahanan sebagai bukti awal, sebagai konsekwensinya mereka pun harus dimasukkan ke dalam tahanan juga.

       
Sementara itu tanpa bersusah payah melakukan operasi penjebakan secara langsung, pihak kejaksaan sudah siap untuk menindak lanjuti hasil kinerja dari kepolisian agar bisa dengan cepat menyeret para pimpinan KPK ke kursi terdakwa di sidang pengadilan. Setelah itu KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi pun terancam keberadaannya.
Kalau benar begitu lalu mungkinkah korupsi akan hilang dari negeri ini?
Apakah langkah sang Presiden untuk membubarkan KPK akan terhenti sampai disitu saja, meski sudah pasti dari hasil pilpres diketahui bahwa sang Presiden akan menduduki jabatannya kembali?
Akankah rakyat Indonesia tetap diam saja diperas, ditindas dan dibohongi aparat negara yang menjadi alat kekuasaan, terutama dari Polri yang ingin menjadi seperti TNI di masa ORBA?
Dan sampai kapan NKRI bisa bertahan dan tidak terlanjur ambruk seperti VOC, karena KKN kembali merajalela dengan restu dari pemerintah dan DPR yang ingin hidupkan kembali rezim ORBA?
Wallohu alam.




       
(artikel diatas adalah fiktif semata, kesamaan nama dan peristiwa hanyalah kebetulan belaka, semoga bisa menjadi bahan perenungan demi Indonesia jaya!)



Baca selengkapnya...

Kamis, 01 Oktober 2009

Rakyat malaysia rindu bergabung dengan Indonesia?


       
Lagi-lagi dan lagi, malaysia berulah lagi dengan tanpa memperdulikan sensifitas bangsa Indonesia. Setelah mengklaim sepihak beberpa pulau diwilayah perbatasan dan beberapa seni budaya asli yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, kini malaysia mengklaim beraneka makanan hasil cita rasa nenek moyang bangsa Indonesia. Sebenarnya adalah fakta bahwa nenek moyang malaysia juga berasal dari Indonesia namun hal yang membuat sakit rakyat Indonesia adalah sikap malaysia yang tidak mau mengakui keberadaan bangsa Indonesia sebagai nenek moyang asli mereka. Bahkan malaysia telah berkali-kali berusaha membuat cerita silsilah bangsanya sendiri dengan menghilangkan fakta bahwa nenek moyang mereka berasal dari wilayah Indonesia, namun semua harus berakhir dengan rasa malu yang teramat sangat karena kebohongan dan tipu muslihat mereka diketahui dan ditertawakan di khalayak dunia internasional.

       
Masih jelas dalam ingatan bagaimana malaysia mereka-reka sejarah seni budaya reog, di malaysia disebut barongan, bahwa kebudayaan itu asli orang malaysia diilhami dari kisah nabi Sulaiman yang bisa berbicara dengan hewan. Kemudian sekali lagi keterangan yang dibuat resmi oleh kerajaan malaysia itu harus dimentahkan dengan fakta-fakta sejarah seni dan budaya Indonesia yang telah diakui dunia internasional. Entah setebal apa muka pemerintah kerajaan malaysia hingga kepintaran untuk berbuat bodoh seperti itu mereka selalu mengulangi dari waktu ke waktu.

       
Diluar dari semua hal diatas, patutlah dicermati secara mendalam adanya kemungkinan rakyat malaysia sebenarnya ingin diakui menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Mungkin juga selama ini rakyat malaysia merasa tidak selesa dengan jargon rumpun melayu, pada kenyataannya jargon itu telah menghilangkan beraneka seni/budaya suku-suku bangsa yang hidup di malaysia, yang kemudian di samaratakan menjadi melayu saja. Kerinduan menjadi bagian bangsa Indonesia yang beraneka ragam seni budayanya itulah mungkin yang menjadi pemicu bermacam-macam claim oleh pihak malaysia. Kalau hal itu benar, langsung timbul pertanyaan. Kapan malaysia dibubarkan dan kemudian wilayahnya bergabung dengan Indonesia? Baca selengkapnya...

Kamis, 17 September 2009

Tiga Kesalahan besar malaysia


       
Setiap terdengar kata yang menyebut nama malaysia akan mengingatkan tiga kesalahan besar kerajaan federal itu, yaitu:

       
Kesalahan pertama malaysia adalah menerima hadiah kemerdekaan dari ratu kerajaan Inggris atas kesetiaan raja-raja semenanjung malaysia terhadap kerajaan kolonial tersebut. Pemberian hadiah kemerdekaan bagi malaysia tidak lepas dari kenyataan saat itu, dimana wilayah jajahan kerajaan belanda (Indonesia) telah lebih dulu menyatakan sendiri kemerdekaannya menjadi negara pertama yang lahir setelah berakhirnya perang dunia kedua. Kemerdekaan Indonesia yang harus ditebus dengan darah dan air mata, juga mengakibatkan kerajaan belanda mengalami kerugian besar karena harus menghadapi pertempuran dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena itulah kerajaan inggris tidak mau timbul pemberontakan di wilayah jajahannya di semenajung malaysia, maka kemudian mereka menjanjikan kemerdekaan agar rakyat malaysia diam dan tutup mulut.

       
Kesalahan kedua malaysia adalah mengidentikkan dirinya sebagai kerajaan islam, sementara pada kenyataannya mereka hanya memakai islam sebagai tameng tuduhan sebagai negara boneka buatan kerajaan inggris. Bentuk kerajaan federal sudah jelas terlihat dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa malaysia sebenarnya adalah perpanjangan system pemerintahan ala Negara barat bukan system kerajaan islam yang biasa dapat dilihat dalam sejarah dunia. Belum lagi dalam penerapan hukum islam malaysia hanya memakainya untuk para pendatang dari negara luar saja, sementara untuk rakyatnya sendiri terutama keluarga kerajaan, mereka tidak tegas menerapkan hukum tersebut. Bayangkan bagimana keluarga kerajaan-kerajaan di semenanjung malaysia yang terkenal suka melakukan perbuatan tidak senonoh dan hanya mementingkan nafsu syahwatnya saja akan dikenai hukum rajam sampai mati? Nahh... sekarang bisa dinilai betapa naifnya kerajaan federal malaysia tersebut.

       
Sementara kesalahan ketiga malaysia adalah kebijakan mereka yang meniadakan/menistakan suku-suku bangsa nusantara yang nyata ada dan hidup di malaysia dan hanya mengakui satu suku saja yaitu melayu. Kebijakan ini sebenarnya semakin menjauhkan malaysia dengan suku-suku bangsa dan budaya lainnya di nusantara. Sementara generalisasi dengan menyebut sebagai rumpun melayu hanya menjadikan mereka tidak punya identitas yang jelas. Hal-hal tersebut semakin bertolak belakang dengan kelakuan rakyat malaysia yang sering mengklaim budaya asal asli Indonesia, padahal banyak dari budaya-budaya tersebut sebenarnya lahir di masa kejayaan kerajaan hindu dan budha yang berdiri jauh sebelum kedatangan islam dan Kristen di wilayah nusantara. Bahkan ada contoh yang lebih parah lagi, malaysia pernah menulis cerita sendiri tentang budaya ‘reog’ Ponorogo Indonesia atau di Malaysia disebut ‘barongan’ dengan menuliskannya sebagai budaya yang dilandasi cerita nabi Sulaiman A.S. yang bisa berbicara dengan binatang. Lucu dan cukup menggelikan, kira-kira mungkin seperti itulah yang dirasakan para penikmat seni dan para budayawan yang mengetahui hal-hal tersebut. Namun dibalik itu semua dapat dipahami bahwa sebagian rakyat malaysia sebenarnya sangat rindu diakui identitas budaya aslinya dan tidak mau lagi hanya disebut sebagai rumpun melayu. Kebebasan, itulah sekarang yang hakiki didambakan rakyat malaysia.

       
Tiga uraian diatas mungkin hanya sebagian diantara kesalahan-kesalahan dari lahirnya kerajaan federal malaysia yang bisa dijadikan bahan pengetahuan dan pembelajaran mengingat kenyataan sekarang ini betapa banyak konflik yang melibatkan malaysia dengan negara-negara tetangganya.


Baca selengkapnya...

Selasa, 08 September 2009

Kabinet Bayangan Dan Bayangan Kabinet baru


       
Tidak lama lagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih Indonesia akan mengumumkan kabinet baru setelah nanti resmi dilantik oleh MPR sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014. Kini sudah banyak nama yang disebut-sebut media sebagai bakal calon menteri, tentu ada diantara mereka yang dengan harap-harap cemas dan dada yang berdebar-debar menanti penuh harap telepon dari sang Presiden. Prilaku yang wajar saja terjadi di era yang demokratis seperti sekarang ini. Namun sebenarnya banyak orang yang melupakan ketulusan niat untuk berbakti tanpa pamrih kepada bangsa dan negaranya, mereka hanya terfokus kepada pangkat dan jabatan yang akan mengangkat derajat hidupnya ditengah-tengah masyarakat luas. Lebih tragisnya lagi mereka banyak yang lupa bahwa pemerintah itu sebenarnya hanyalah abdi atau pelayan dari rakyat yang sebagian besar masih hidup dibawah garis kemiskinan. Iya toh?

       
Keinginan meraih kedudukan, pangkat dan jabatan sudah terlihat mulai mengikis sikap kritis terhadap permasalahan bangsa ini. Namun semua tidak akan berlangsung lama, setelah Presiden mengumumkan nama-nama menterinya, tentu barisan orang yang sakit hati karena tidak terpilih sebagai menteri pasti sudah bersiap dengan kritikan tajam sebagai alat pembalasan. Tapi masih wajarlah bila semua dilakukan dengan baik dan santun tanpa hal yang memicu atau meimbulkan tindakan-tindakan yang anarkis. Akan lebih baik bila kritik-kritik tajam yang akan ditujukan kepada kabinet nantinya juga disertai dengan satu bentuk contoh yang nyata dan telah dibuktikan di dalam masyarakat, misalnya dengan terlebih dahulu membentuk kabinet bayangan dalam artian sebagai pembanding bukan alat untuk melakukan kudeta demi kepentingan politik sesaat. Dari terbentuknya kabinet bayangan tersebut diharapkan kinerja kabinet pemerintahan bisa lebih maksimal karena mendapat bahan pembanding yang bisa dipertanggungjawabkan dengan fakta-fakta dan data-data yang lengkap. Namun semua itu akan sangat susah terwujud apalagi bila mengharapkan itu dilakukan oleh partai-partai politik yang ada di parlemen/DPR, ujung-ujungnya pasti hanya konflik kepentingan saja yang dikemukakan dimuka umum. Benar gak?

       
Membicarakan parlemen/DPR tidak akan pernah ada habisnya, semua hal yang ada disana pasti akan terus melebar semakin luas bila dikupas secara tuntas, tajam dan akurat, katanya! Memang sudah tempatnya bila parlemen seperti itu, namun bila yang mengemuka hanya konflik kepentingan semata, lalu kemajuan seperti apa yang bisa diharapkan dari bangsa ini? Dari waktu kewaktu hanya ada masalah dan masalah yang ditimbulkan di dalam negeri, sementara di luar negeri bangsa-bangsa lain sudah jauh berlari dengan berbagai macam prestasi dan kemajuan teknologi. Maka dari itu perlu kiranya dipertimbangkan supaya kabinet baru mendatang bisa merangkul semua partai, kelompok/golongan yang ada di masyarakat agar meminimalisir semua permasalahan yang timbul di dalam negeri. Dikotomi oposisi dan pendukung pemerintah di dalam parlemen/DPR untuk lima tahun kedepan tidak akan banyak memberikan manfaat meskipun dengan alasan penguatan sistem demokrasi kita. Apalagi di tengah prediksi masalah perubahan iklim dan bencana alam lainnya yang bakal sering terjadi di wilayah Indonesia dan dunia pada umumnya, sudah bisa dibayangkan betapa masalah kesedihan dari para korban yang kehilangan sanak saudara dan harta bendanya nanti harus menjadi tanggung jawab negara. Maka dari itu hal-hal tersebut perlu dikomunikasikan secara langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencegah kesalahpahaman dan konflik yang akan timbul karena salah persepsi, terutama rakyat bawah yang sering mendapatkan sisi-sisi negatifnya saja. Betul kan?
Baca selengkapnya...

Sabtu, 29 Agustus 2009

Lagu kebangsaan malingsial (lirik edisi baru)




Negaraku

Tanah tumpahnya najisku
Rakyat mati berseteru jadi abu

Laknat nestapa Tuhan berikan
Raja kita bejat bertahta

Laknat nestapa Tuhan berikan
Raja kita bejat bertahta



(tahniah hari jadi kerajaan malingsial yang merupakan hadiah dari ratu nasrani kerajaan inggris)
Baca selengkapnya...

Rabu, 08 Juli 2009

HEMBUSAN NAFAS RAKYAT PINGGIRAN



Asap rokok kretek mengepul dari bibir tebal menghitam karena racun nikotin.
Entah sudah berapa batang yang hilang menjadi abu. Racun nikotin adalah satu-satunya teman yang setia menemani hari-hari yang tiada henti menyuguhkan tantangan hidup di dunia yang porak poranda dimakan kerakusan manusia. Kenikmatan batang nikotin yang dinafikan manusia bahagia, adalah kehangatan bagi manusia yang bergelut dengan derita. Racun nikotin suka tidak suka telah menyumbang kantong Negara-negara terbelakang hingga sekeras apapun ahli agama berteriak-teriak haram, toh tetap saja mengepul menguasai udara yang dihirup manusia.




Gulungan tembakau hasil petani-petani putus asa sedikit meredakan ketegangan saraf-saraf yang seharian penuh dipaksa bekerja. Pengapnya udara karena asap mungkin tidak kalah dengan pengapnya penjara Sukarno di Sukamiskin. Saat-saat seperti ini mungkin waktu itu Sukarno merasakan betapa bodohnya hidup yang dia jalani. Wajar sajalah, bagaimana tidak? Sukarno pemuda tampan memperistri janda kaya dengan harta dari suaminya terdahulu, meski tanpa bekerja pun hidupnya sudah akan nikmat. Penderitaan hidup memang menuntut balas dendam dengan dengan seribu kenikmatan di kemudian hari, semua orang yang tidak naïf tentu akan setuju. Karenanya dapat dimaklumi bila dikemudian hari Sukarno menjadi tukang kawin, biarpun sumpah serapah bajingan, bangsat, penjahat kelamin atau apapun semua dilontarkan semua pasti akan setuju bila ada yang barkata, “ Sontoloyo! Emang gua pikirin?” Hidup Sukarno! Sang Proklamator!



Satu batang lagi disulut dengan api yang menyala panas, pedih dan keras terasa dikulit yang tanpa sengaja menyentuh. Kerasnya kehidupan memang bisa membuat orang menjadi lupa dan akan melakukan segalanya demi mendapatkan nikmat hidup ini. Kurang lebih saat ini mungkin sama yang dirasakan Soeharto ketika mendapati betapa kerasnya persaingan pangkat dan jabatan di dinas militer. Darah dan air mata yang dipertaruhkan di medan perang menuntut terpenuhinya nafsu penghormatan dan penghargaan yang tinggi dari Negara dan Bangsa. Apabila harus memotong dana anggaran dari jatah militer, itu adalah hal yang terpaksa dilakukan demi tetap menjaga wibawa sebagai seorang perwira dimata anak buahnya. Dan apabila semua itu berlangsung terus dan membudaya sampai jabatatan tertinggi sudah dapat diraih, biarpun kata-kata makian anjing, babi, bedebah dan seribu makiannya lainnya dimuntahkan. Tidak perlu heran bila semua orang yang begitu akan bilang, “So what gitu loch… Gua suka, daripada itu loe kelaut aja….” Hidup Pak Harto! Bapak pembangunan!



Bungkus rokok kretek baru mulai dibuka, satu batang dikeluarkan. Namun sebelum korek api dinyalakan, batang rokok itu diamati dengan teliti. Ada sedikit cela, kertas rokok itu terlihat terkoyak retak. Setelah batang rokok itu dinyalakan barulah tersadar mungkin seperti itu setidak-tidaknya yang dirasakan B.J Habibie ketika mendapatkan mandat menjadi presiden setelah Soeharto menyatakan diri berhenti dari jabatan tersebut. Sebagai seorang ahli teknologi pastilah B.J Habibie tahu benar bahwa jabatan presidennya penuh dengan aroma kontroversi dan kurang mendapat legitimasi dari rakyat. Meski dalam hati kecilnya dia berpendapat bahwa hanya dia pantas menjadi presiden dan layak untuk tetap menyandangnya sampai 5 tahun masa jabatan Soeharto berakhir. Puluhan tahun hidup diabdikan untuk untuk bangsa dan Negara dengan membuat pesawat yang bisa ditukar dengan beras ketan dan komoditas lainnya. Meski harus menerima cacian dan makian sebagai antek, abdi, budak Soeharto, ditujukan kepadanya. Harap maklum bila banyak yang setuju bila mengatakan bahwa penentang Habibie adalah, “Orang yang tidak tahu ‘high technology’ di jaman millennium. Dasar ndeso tidak ‘intelek’!” Hidup Habibie, Bapak technology!



Batang rokok masih menyala tapi hanya tinggal setengah batang, mata sudah terasa panas memerah. Sedikit banyak mungkin seperti itu yang dirasakan Abdurahman Wachid saat mendengar hasil voting sidang MPR bahwa mendapat suara terbanyak dalam pemilihan Presiden. Aneh, mungkin juga dirasakannya. Kok bisa-bisanya orang yang dalam kondisi tidak sehat, dipilih sebagai Presiden. Orang-orang goblok atau blo’on anggota MPR tersebut? Tapi yang penting sudah menjadi Presiden, ongkos kesehatan ditanggung Negara dan bisa traveling gratis lagi, siapa bisa menolak? Ditambah lagi dapat bantuan dari sahabat dari Negara lain, bisa dimasukkan ke kantong sendirilah. Walaupun dipandang rakyat sebagai ulama tetap saja ada umpatan dan sindiran sebagai Presiden boneka, kelinci percobaan, pro yahudi dan lain sebagainya. Tapi toh dengan entengnya rakyat banyak yang setuju bila mengatakan, “ Begitu saja kok repot? Orang ini Negara bubrah!” Hidup Gus Dur, Bapak Tionghoa!



Batang rokok baru mulai dinyalakan, bau tembaku sudah sangat menyengat bersatu dengan aroma keringat badan. Perasaan yang sama mungkin juga seperti itu dirasakan Megawati saat menerima uang hasil dari SPBU miliknya dan mendengar kabar bahwa sidang MPR menetapkan dia sebagai Presiden menggantikan Gus Dur yang telah dipecat. Anak Presiden manjadi Presiden, pasti sudah terbayang-bayang di dalam benak bagaimana nanti bisa menata Istana-istana keprisidenan seperti selera bapaknya dahulu. Bisa bepergian kunjungan kerja ke daerah sekaligus mengecek kinerja SPBU.nya, kemana-mana disegani sebagai anak proklamator. Bisa mengangkat sahabat-sahabat terdekatnya menjadi pejabat-pejabat Negara, tidak perduli orang-orang itu telah menyakiti pendukung setianya waktu melawan tirani Soeharto. Sebagai akibatnya banyak cemo’ohan pun mengalir, tidak akademis, bisu, tuli dan lain-lain. Namun tetap saja semua terdiam dan setuju bila terdengar, “Pro rakyat kecil di Bantar Gebang! “ Hidup Bu Mega, Presiden perempuan pertama!



Asap rokok dihisap dalam, terasa pening di kepala. Rasa yang sama mungkin dirasakan Susilo Bambang Yudhoyono saat harus memutuskan untuk mengkhianati Megawati sebagai atasannya di kabinet pemerintah. Keputusan yang harus dilakukan, karena siapa yang tidak mau menjadi Presiden? Presiden, jabatan yang bisa membanggakkan keluarganya apalagi kalau nanti semua bisa dimasukkan dalam lingkaran kekuasaan, bisa makmur seluruh keluarganya. Sang mertua, almarhum Sarwo Edi, orang yang secara halus telah disingkirkan Soeharto tentu akan bangga di alam kuburnya. Setelah menjadi Presiden semua pun bisa terwujud, nama besar keluarganya terangkat. Istana baru pun dikenalkan, tidak kalah dengan istana Cendana milik Soeharto. Gunjingan pro dan kontra pun tidak terhindarkan lagi sebagai jendral AC. antek kapitalis Amerika, Presiden normative hanya mengejar angka-angka semata dan tidak merakyat. Lagi-lagi semua banyak yang terdiam bila mendengar. “Semua itu dilanjutkan tidak? Lanjutkan!” Hidup SBY, Bapak Demokrat!



Batang rokok yang terselip diantara jari tinggal sisa di ujungnya dengan bara merah menyala. Azan terdengar berkumandang, waktunya sedikit mengurangi jatah masa aktif di neraka jahanam.


Baca selengkapnya...

Rabu, 03 Juni 2009

Manohara Dan Kita Pun Harus Bertanya, Dimana Diplomat Indonesia?





            
‘Sungguh malang nian, nasib warganegara Indonesia’. Itulah pernyataan yang sering terdengar menyikapi perlakuan Negara ini yang tidak memberikan perlindungan nyata terhadap warganegaranya baik di dalam maupun di luar negeri. Warganegara yang sudah selayaknya mendapat perlindungan maksimal dari pemerintah Negara ini ternyata hanya diperlakukan sebagai obyek pemerasan bahkan hanya dianggap sebagai komoditi yang bisa menambah devisa Negara dengan mengirimkannya sebagai tenaga kerja ke luar negeri. Kepentingan warganegara yang merupakan kekuatan nyata dalam pertahanan Negara ternyata tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah Negara ini.


            
Akan panjang sekali bila menguraikan betapa tidak berpihaknya pemerintah Negara Indonesia di dalam negeri terhadap nasib rakyatnya. Namun ada yang tidak kalah memperihatinkan betapa buruk bentuk perlakuan dari perwakilan/diplomat Indonesia di luar negeri terhadap warganegaranya. Sering kali terdengar bagaimana diplomat Indonesia hanya sebagai hiasan admistrasi belaka, pegawai yang terikat aturan-aturan protokoler kolot sehingga tidak memberikan pelayanan cepat dan tepat kepada warganegara Indonesia yang kebetulan sedang menghadapi masalah serius /genting di Negara orang. Kekuatan diplomasi Indonesia pun diragukan wujud dan peranannya dalam menyelesaikan berbagai masalah dunia. Kenyataan yang terungkap bahwa ada perwakilan Indonesia di luar negeri yang terlibat kasus pemerasan, korupsi dan penyuapan membuat bertambah panjang permasalahan antara pemerintah Negara Indonesia dan rakyatnya.


            
Politik bebas aktif hanya sebagai jargon belaka tanpa pembuktian yang jelas. Sering kali Indonesia dipermainkan kepentingan politik Negara asing tanpa bisa menunjukkan sikap kemandirian sebagai Negara berdaulat. Tidak terhitung lagi berapa kali pemerintah Negara Indonesia tidak berkutik terhadap pelecehan kedaulatan yang dilakukan Negara lainnya. Bahkan pemerintah Negara ini harus menuruti kehendak asing meski harus merugikan kepentingan rakyatnya sendiri.


            
Cepat atau lambat semua itu harus segera diakhiri. Rakyat Indonesia harus mendapatkan haknya sebagai warganegara tanpa ada kecuali. Kekuatan rakyat sebagai pertahanan terakhir kedaulatan Negara kesatuan Republik Indonesia harus dipupuk dengan baik agar tumbuh jiwa-jiwa patriotism dan semangat nasioanalis yang kuat tertanam. Seluruh komponen di negeri ini harus sadar bahwa kekuatan Indonesia berasal dari rakyat, oleh rakyat dan semuanya harus kembali untuk kepentingan rakyat Indonesia. Merdeka!
Baca selengkapnya...

SBY-Boediono, Pilihan Terbaik Dari Yang Terburuk?




            
Gegap gempita kampanye mulai digelar selama beberapa minggu ke depan. Tiga pasangan capres-cawapres sudah resmi ditetapkan oleh KPU. Tidak ada satu pasangan pun yang membuat rakyat Indonesia takjub karena yang muncul kembali adalah tokoh-tokoh lama, tidak ada satu pun tokoh baru yang bisa masuk. Tiga pasangan capres-cawapres tersebut sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia. Mereka dikenal bukan karena sisi positifnya akan tetapi karena sisi-sisi negative yang telah dirasakan oleh rakyat Indonesia sendiri.


            
Jusuf Kalla dan Wiranto, pasangan pengusaha dan purnawirawan TNI tersebut seakan membuat pengesahan tentang masih adanya eksistensi partai Golkar dinegeri ini. Wiranto, semua orang tahu pada periode pilpres 2004 menjadi capres dari partai Golkar. Namun pada waktu itu wiranto harus mengakui keunggulan SBY pada putaran pertama yang mendapat suara terbanyak. Kekalahan Wiranto tidak bisa dilepaskan dari kegagalannya dimasa lalu selama menjadi Panglima ABRI dengan lepasnya timor-timur karena tidak bisa menciptakan pandangan baik rakyat disana terhadap Indonesia. Wiranto juga dianggap bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan-kerusuhan sebelum dan sesudah reformasi. Namun dari hal-hal negative tersebut, ada satu hal yang patut diacungi jempol terhadap sosok Wiranto yaitu dia tidak tergoda mengambil alih kekuasaan setelah Presiden Soeharto lengser. Padahal saat itu dia mendapat surat dari Presiden, semacam supersemar yang dulu diberikan Presiden Sukarno pada Soeharto.


            
Sementara sosok Jusuf Kalla tidak banyak didengar oleh rakyat sebelum digandeng SBY menjadi wapres pada pilpres 2004. Jusuf Kalla saudagar dari Makassar tersebut tidak luput dari dari hal-hal negative. Cengkraman bisnisnya sering kali dituding memanfaatkan posisi wapres sebagai alat untuk kontrak-kontrak kerja yang banyak dikritik karena tidak menguntungkan Negara. Belum lagi bencana lapindo Brantas yang tidak kunjung usai tidak terlepas dari suara Jusuf Kalla yang membela kepentingan Bakrie Group. Dimana Aburizal Bakrie sebagai bagian dari Bakrie Group juga rekan bisnis dan bawahan Jusuf Kalla di kepengurusan partai Golkar. Terlepas dari semua itu Jusuf Kalla harus diakui mempunyai peran yang besar dalam terciptanya perdamain di Aceh dan tempat-tempat lainnya yang sebelum dan sesudah reformasi terjadi konflik dan kerusuhan.


            
Megawati dan Prabowo Subianto, pasangan ini juga antara pengusaha dan purnawirawan TNI. Pasangan ini terlihat sebagai pasangan nasionalis tulen, namun Megawati sebagai mantan Presiden dianggap punya kesalahan besar selama memimpin Indonesia. Lepasnya pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke tangan Malaysia, banyaknya BUMN yang dijual selama pemerintahannya merupakan dosa-dosa yang dibebankan rakyat kepada Megawati. Belum lagi ada anggapan Megawati banyak mempergunakan fasilitas Negara untuk mengurusi kepentingan bisnis SPBU miliknya yang tersebar diberbagai tempat. Tapi harus diakui keberhasilan Megawati dalam menyelenggarakan pemilu 2004 patutu mendapat apresiasi khusus di mata rakyat Indonesia. Meski pada waktu itu Megawati harus mengakui keunggulan SBY setelah bertarung dalam pilpres yang berlangsung dua putaran.


            
Sementara Prabowo Subianto, purnawirawan jendral yang satu ini tidak kalah kontroversinya karena terkait kasus penculikan dan penghilangan beberapa aktivis reformasi yang menentang Presiden Soeharto. Terlepas dari itu kemampuan Prabowo Subianto dalam meniti karir di TNI sangat cemerlang dan berhasil dalam tugas-tugas yang diembankan kepadanya.


            
Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, pasangan purnawirawan TNI dan professional dalam bidang ekonomi. SBY yang masih menjabat sebagai presiden sekarang ini, namun sudah banyak hal yang negative tujukan kepadanya. Kinerja pemerintahan SBY dianggap hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dalam bentuk angka-angka saja, tetapi tidak memberdayakan sector real dalam masyarakat. Program BLT yang digulirkan dianggap tidak menciptakan kemandirian ekonomi rakyat dan bahkan hanya akan membentuk mental konsumtif dan meminta-minta saja. Pemberantasan korupsi yang gencar dilakukan tanpa pandang bulu selama pemerintahan SBY sekarang ini dan tambah naiknya citra positive Indonesia di luar negeri harus diingat rakyat sebagai kinerja SBY sebagai presiden yang baik.


            
Sementara pemilihan Boediono sebagai cawapres SBY memberikan harapan Indonesia untuk membangun ketahanan dan stabilitas ekonomi secara mandiri. Sosok Boediono sebagai professional murni tanpa dipengaruhi kepentingan bisnis tertentu sedikit memberi kelebihan kepada pasangan SBY-Boedino. Namun kontroversi yang menyebut Boediono sebagi neo liberalism harus ditelaah secara mendalam. Keterlibatan Boedino dalam penjualan BUMN semasa pemerintahan Presiden Megawati masih dalam perdebatan, kesalahan siapakah semua itu?


            
Setelah membaca uraian diatas Bangsa Indonesia harus bisa memilih dengan cerdas pemimpinnya agar Indonesia yang telah merdeka ini segera dapat terwujud Indonesia yang sejahtera. Pada akhirnya Indonesia Jaya! Bukan hanya angan-angan dan mimpi belaka!
Baca selengkapnya...

Sabtu, 30 Mei 2009

Ambalat Perlu Jawaban Angkatan Ke-5 Untuk ‘Ganyang malaysia’




            
Perundingan perbatasan antara Indonesia dengan malaysia tentang wilayah Ambalat tidak kunjung usai. Bahkan malaysia sudah berkali-kali menunjukkan perbuatan yang merendahkan kedaulatan Indonesia dengan mengirim kapalnya memasuki wilayah Indonesia. Setelah mendapatkan pulau Sipadan dan Ligitan dari mahkamah internasional, malaysia memang masih menginginkan wilayah Ambalat bahkan pulau Nipah masih juga belum mereka akui sebagai bagian dari kedaulatan Indonesia. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan perbuatan malaysia itu selain dari kata ‘terlalu’.



            
Selama orde baru, Soeharto terlalu banyak memberikan kemurahan hati kepada malaysia sehingga mereka semakin menjadi-jadi mengganggu kedaulatan Indonesia. Apalagi saat sekarang ini ketika anggaran pertahan Indonesia yang menurun seiring tingkat kemampuan ekonominya yang rendah karena krisis global dan waktu yang banyak tersita untuk membangun budaya domokrasi. malaysia pun semakin bertambah ‘nglunjak’ dengan upaya menguasai wilayah Indonesia seperti pulau Sipadan dan Ligitan yang telah mereka ambil.


            
Perbuatan malaysia yang kurang ajar itu perlu segera diberikan peringatan keras! Agar mereka jera dan tidak pernah lagi mengungkit-ungkit kedaulatan wilayah Indonesia. Sekarang pemerintah Indonesia dengan TNI sebagai garda terdepan pertahanan wilayah Indonesia tidak mampu mengambil tindakan tegas karena pertimbangan politis. Karena itu segenap komponen rakyat Indonesia dengan jiwa-jiwa patriot di dalam dadanya, perlu segera menyusun kekuatan nyata angkatan ke-5 untuk memberikan jawaban atas wilayah Ambalat yaitu ‘Ganyang malaysia’. Tidak perlu lagi memberi kemurahan hati dan kelonggaran untuk malaysia, sudah saatnya menghancur leburkan sisa-sisa feodalisme itu. Gerakan-gerakan rakyat, front-front pemuda dan pelajar harus segera bertindak untuk membentuk angkatan ke-5 sebagai pertahanan dan keamanan Indonesia. Angkatan ke-5 yang tidak akan terpengaruh kepentingan politik, besar kecilnya anggaran dan kecanggihan persenjataan perang. Angkatan ke-5 yang berjuang dengan keikhlasan hati, korbankan jiwa dan raga demi satu tujuan yaitu kejayaan dan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republic Indonesia!


            
Kekuatan angkatan ke-5 pasti akan membuat gentar dan mundur teratur hingga lari terbirit-birit semua Negara-negara musuh yang ingin menggangu kedaulatan Indonesia. Yakinlah patriot-patriot Indonesia bahwa kekuatan angkatan ke-5 di dunia ini tidak ada yang bisa mengalahkan dan tidak ada bandingannya. Angkatan ke-5 yang menegakkan Indonesia merdeka. Angkatan ke-5 yang mendorong Indonesia sejahtera. Ankatan ke-5 yang mewujudkan Indonesia Jaya!


Baca selengkapnya...

Orang Miskin Tidak Berhak Menjadi Pemimpin Di Indonesia?



            
“Orang miskin kalau jadi presiden pasti korupsi, pasti!” itulah penggalan kalimat yang diungkapkan salah satu tokoh partai politik dalam satu kesempatan diskusi. Benarkah semua itu? Terlepas dari hal tadi pernyataan itu sungguh sangat menghina rakyat kecil di Indonesia apalagi tokoh partai yang mengungkapkan pernyataan itu adalah dari partai yang selama ini gencar dengan jargon membela ‘wong cilik’ rakyat kecil, rakyat miskin di Indonesia. Apakah serendah itu harga diri rakyat kecil di Indonesia ini?


            
Sungguh tragis sekali orang kecil, rakyat miskin di negeri ini karena dari orang-orang yang selama ini mereka hormati untuk memperjuangkan nasibnya, mereka pun tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana layaknya manusia. Bahkan hinaan yang sangat keji harus mereka terima laksana mereka itu semua adalah penjahat yang sudah divonis bersalah tanpa sidang pengadilan.


            
Sekarang sudah jelas bagi rakyat Indonesia, amanah yang berikan kepada partai tidak dapat dijalankan dengan semestinya. Partai politik tidak dapat lagi dipercaya. Rakyat Indonesia pun sudah saatnya tidak bergantung lagi hanya pada tokoh-tokoh partai saja, akan tetapi mampu untuk berjuang sendiri mampu berdiri sendiri berjuang untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Rakyat Indonesia yakinlah dengan memprerat persatuan dan kesatuan bangsa, Indonesia yang telah merdeka akan segera mendorong Indonesia sejahtera, hingga terwujud Indonesia Jaya!

Baca selengkapnya...

Selasa, 12 Mei 2009

Bangsa Indonesia Perlu Mawas Diri




            

Kucuran keringat, darah dan air mata menghiasi hampir setiap langkah sejarah bangsa ini. Mulai dari awal masa pergerakan kemerdekaan sampai dengan saat reformasi sekarang, semua itu tidak lepas dari pengorbanan rakyat yang masih hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan. Apakah tujuan perjuangan yang mereka cita-citakan untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang adil, makmur, aman dan sentausa sudah dapat terwujud?



            

Kenapa pertanyaan diatas harus diungkapkan? Karena sekarang semuanya memang harus diungkapkan secara terbuka agar tidak ada lagi serangkaian peristiwa yang meminta korban harta dan jiwa rakyat kembali yang semata-mata hanya demi cita-cita perjuangan yang semu. Cita-cita yang pada dasarnya hanya sebagai kamuflase dari petualang-petualang politik yang hanya menginginkan kekuasan belaka tanpa peduli dengan peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.



            

Baru satu dasawarsa gerakan reformasi berlangsung di Indonesia, namun kini sudah mulai timbul gerakan tandingan yang merasa tujuan dari reformasi untuk memperbaiki kehidupan bernegara di Indonesia tidak sesuai dengan jiwa dan falsafah bangsa Indonesia dahulu yang terngakai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya mereka beranggapan satu-satunya jalan selain revolusi yang dinilai terlalu extreme, adalah Dekrit untuk kembali ke Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.



            

Memang sebenarnya fakta-fakta yang diungkapkan tokoh-tokoh yang ingin kembali ke Pancasila dan UUD 1945 adalah kenyataan yang sekarang terjadi di negeri ini. Contohnya seperti pelaksanaan pemilu yang hanya membuat rakyat terpecah belah dan cenderung saling bermusuhan, sementara anggota dewan rakyat yang terpilih ternyata hanya menambah kekacauan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kian terpuruk dalam primordialisme ini. Apalagi keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indoneisa yang sesuai Undang-undang Dasar menjadi tanggung jawab Negara semakin jauh dari harapan dan cita-cita kita semua. Namun dalam kondisi kehidupan politik, social dan ekonomi yang belum stabil seperti sekarang ini, pada akhirnya betapa kejam bila semua itu harus diakhiri dengan kembali mengorbankan kedamaian rakyat Indonesia!



            

Masih ada cara indah dan elegan yang bisa ditempuh untuk membuat kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia menjadi lebih baik dan stabil. Mencoba untuk saling instropeksi, saling memberikan kritik dan saran yang membangun tanpa disertai emosi dan pemaksaan kehendak, apalagi kalau disertai dengan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Semuanya harus kembali ketujauan hakiki dari didirikannya Negara Indonesia yaitu perdamaian, keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.



            

Indonesia Merdeka!


            

Indonesia Sejahtera!


            

Indonesia Jaya!


Baca selengkapnya...

Senin, 04 Mei 2009

Ketua KPK Terjebak Perangkap Untuk Dua Sasaran?



    
Musibah yang menimpa ketua KPK sekarang, terseret kasus pembunuhan berencana, sontak mengejutkan sebagian besar rakyat Indonesia yang mendukung segala upaya untuk memberantas korupsi yang telah menjadi penyakit di negeri ini. Memang tugas yang diemban KPK berdasar undang-undang tersebut, tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Berbagai macam ujian dan cobaan akan datang menghadang untuk menhalang-halanginya, hal itu pasti dirasakan dan dialami KPK dengan segenap anggotanya. Karenanya terlepas dari subtansi kasus yang alami ketua KPK sekarang, semua itu patut dilihat sebagai hal yang wajar-wajar saja dan sudah menjadi konsekwensi resiko yang harus diterima sebagai anggota KPK.


            
Namun perlulah sedikit mencoba untuk menganalisa secara sederhana tentang kasus yang menimpa ketua KPK tersebut. Dimulai dari sisi Antasari A. seperti yang telah diakuinya di berbagai acara baik resmi maupun tidak resmi, selama ini godaan-godaan baik harta maupun wanita sering kali mampir disodorkan dihadapan mukanya. Dari sini kemungkinan adanya persoalan yang menyangkut wanita bisa mendekati kebenaran, namun perlu dipertanyakan sudah sepadankah nilainya bila dibandingkan dengan akibat yang harus ditanggung ketika ketahuan terlibat dalam satu kasus pembunuhan berencana? Sebagai seseorang yang selama ini menggeluti bidang hukum, maka pantaslah bila satu tanda tanya besar diarahkan kepadanya.


            
Sementara dari sisi korban pembunuhan, Nasrudin Z. dapat terlihat bahwa sosoknya yang sering memberikan informasi berbagai kasus korupsi di BUMN ke KPK atau disebut-sebut juga dalam perlindungan saksi KPK, tak lebih dari musuh dalam selimut di lingkungan teman-teman BUMN-nya. Sehingga kemungkinan pantas dibunuh oleh orang-orang yang telah dirugikan atau musuh karena perbuatannya bisa mendekati kebenaran. Namun yang perlu menjadi perhatian bahwa sosok Nasrudin Z. yang juga dikenal punya hubungan dengan banyak wanita ini, tidaklah bersih dari berbagai persoalan atau kasus. Sehingga akan timbul pertanyaan, apakah dia akan berani melakukan tindakan yang merugikan Antasari A. ketua KPK, padahal selama ini dia mendapat perlindungannya? Sebagai seseorang yang berkecimpung di BUMN, tentu dia bisa mengukur untung ruginya membuka persoalan dengan Antasari A. bukankah dengan jatuhnya ketua KPK bisa berakibat jatuh pula dia.


            
Sedangkan dari Rani J. wanita yang dikabarkan caddy primadona di kalangan pejabat-pejabat, dari sisi wanita ini bisa ditarik pandangan sebagai matrealistis atau bisa dibayar. Sehingga kemungkinan menjadi wanita simpanan dan menjadi rebutan bisa sangat menjadi kebenaran. Namun ada hal-hal yang menjadi pertanyaan dari sosok wanita ini. Kalau benar dia mau menjadi wanita simpanan Nasrudin Z. dan telah mempunyai hubungan rahasia dengan Antasari A., kenapa dia mau membuka hubungan rahasia tersebut? Bukankah setelah tewasnya Nasrudin Z. dia akan kehilangan penopang hidup dan justru dengan menjatuhkan Antasari A. dia pun akan kehilangan kemungkinan mendapat penopang hidup lainnya. Ataukah justru ada seseorang yang telah berjanji mau menjadi penopang hidup Rani J. di kemudian hari setelah kasus ini? Bisa diartikan seseorang itu pasti mendapat keuntungan dari kasus itu.


            
Perlu juga dipertanyakan si Rani J. ini, bila benar-benar mempunyai hubungan rahasia dengan Antasari A. bagaimana dan siapa yang menjadi perantara sehingga dia bisa berkenalan dengan ketua KPK tersebut? Apakah itu terjadi secara natural atau ada upaya dari pihak lain yang mengaharapkan dia merayu Antasari A? Hal itu perlu ditelusuri lebih dalam karena bisa saja kemungkinan terjadi konspirasi untuk menjatuhkan KPK sebagai institusi pemberantas korupsi. Dan bisa saja konspirasi ini sebenarnya mentargetkan dua sasaran dalam satu jebakan, sasaran pertama mengingat korban Nasrudin Z. sendiri juga mempunyai banyak musuh terselubung di lingkungan BUMN dan dikenal sangat dekat dengan ketua KPK. Sasaran kedua KPK, selama ini bersama ketuanya Antasari A. telah memenjarakan tokoh-tokoh dan pejabat-pejabat penting yang terlibat korupsi, tentu banyak sekali yang mengharapkan kejatuhannya.


            
Masih banyak lagi sisi-sisi lain yang harus dilihat agar mendapat pandangan yang obyektif dari kasus itu. Tulisan diatas bukan sebuah teori atau fakta, tetapi hanya sebagai bahan bacaan untuk melihat persoalan dari berbagai sudut, tidak hanya berdasar pandangan subyektif dengan sentiment pribadi saja. Dan dari itu semua pasti berharap agar kejadian serupa tidak terjadi secara berulang-ulang dan menjadi budaya di kemudian hari di negeri tercinta Indonesia. Semoga dengan terjadinya kasus ini, KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi tidak menjadi surut langkah, tetapi akan terus maju menjadikan negara ini bersih dari koruptor-koruptor yang merugikan bangsa dan negara Indonesia. Yahh... Semoga!
Baca selengkapnya...

Senin, 30 Maret 2009

Indonesia Terbakar Dan Dunia Pun Bubar!


       
Di Indonesia pemilu berlangsung dalam suasana penuh kontroversi. Legitimasi hasil pemilu banyak dipertanyakan berbagai pihak. Ada yang pro dan ada yang kontra terhadap kinerja KPU tersebut. Keadaan semakin mencekam setelah berbagai pihak yang kontra terhadap hasil pemilu mulai menggalang kekuatan anarkis sehingga timbul berbagai kerusuhan di sana-sini. Bahkan mulai timbul wacana mengambil kekuasaan pemerintahan secara paksa.

Sementara pemerintahan yang berkuasa berdasar hasil pemilu tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari TNI dan POLRI. Karena di dalam kedua institusi tersebut juga terdapat persaingan diantara para perwiranya yang memperebutkan posisi jabatan di angkatannya masing-masing.


       
Keadaan semakin bertambah parah ketika sebagaian besar wilayah dunia termasuk Indonesia mendapat pukulan bencana bertubi-tubi. Di sana-sini bencana alam terjadi, jutaan korban jiwa melayang. Keadaan dunia yang kacau, tidak lagi memperdulikan satu Negara dengan Negara lainnya. Semua negar sibuk dengan urusan Negaranya masing-masing, tidak ada lagi bantuan dana dari Negara tetangga atau badan dunia. Hal itulah yang semakin membuat terpuruk pemerintah Indonesia, minimya dana untuk membantu korban bencana alam semakin membuat rakyat larut dalam propaganda dan provokasi untuk melawan dan merebut pemerintahan secara paksa.


       
Sidang istimewa MPR digelar secara mendadak sebagai jawaban atas kondisi Negara yang semrawut dan tidak menentu. Dan hal itu justru menjadi angin segar bagi golongan yang menentang pemerintah. Karena dalam perhitungannya, mereka tidak perlu susah-susah harus melakukan gerilya perlwanan bersenjata terhadap pemerintah yang berkuasa. Maka segala rancangan pun disusun untuk menguasai sidang istimewa MPR tersebut. Mulai dari anggota MPR, aparat TNI dan POLRI yang bertugas jaga, secretariat MPR sampai dengan cleaning servicenya dll, semua sudah masuk dalam rencana kudeta berbusa itu. Poin penting dalam tujuannya adalah agar secara cepat SI MPR dapat memberhentikan Presiden dan mengantinya dengan Presiden baru yang berasal dari golongan yang menentang pemerintah.


       
Namun semua tidak semudah yang dibayangkan, ternyata terjadi perdebatan sengit di dalam gedung MPR. Satu sama lain saling mempertahankan argumennya masing-masing, bahkan rakyat cenderung melihat di dalam sidangnya MPR hanya sekedar bagi-bagi dan tawar-menawar terhadap kekuasaan pemerintahan yang disengketakan. Karena sudah teramat jemu dan muak terhadap tingkah laku para politisi tersebut, rakyat pun bergerak sendiri-sendiri. Dan apa yang selama ini ditakutkan oleh aparatur negara pun terjadi. Rakyat dengan berkelompok secara membabi-buta membakar dan menjarah dimana-mana. Pertokoan, plaza, rumah mewah, apartement kelas atas di seluruh penjuru tanah air tidak ada yang luput dari kemarahan rakyat. Aparat keamanan dibuat tidak berkutik, apalagi setelah beberapa kelompok rakyat yang sudah membobol gudang senjata milik TNI dan POLRI, mereka menjadikan seluruh aparatur negara sebagai sasaran tembak utama yang harus dilenyapkan dari muka bumi ini.


       
Darah yang menggenang dan tumpukan mayat yang bergelimpangan semua seakan jadi pandangan yang biasa terlihat. Tidak ada koar-koar dari komnas HAM, PBB atau badan dunia lainnya, karena hampir semua lapisan di muka bumi ini mengalaminya. Bahkan kondisinya lebih tragis dan mengerikan dibandingkan dengan perang dunia yang pernah terjadi. Manusia sudah tidak lagi memandang factor kesukuan, kedaerahan atau kenegaraan, semuanya rela saling bunuh biarpun dari keluarga sendiri hanya demi untuk bertahan hidup.


       
Semuanya terjadi begitu cepat dan ketika manusia tersadar, mereka telah dikepung oleh lautan yang menggenangi sebagian besar daratan di bumi ini. Dan mereka pun tersadar bahwa kini hanya tinggal mereka saja yang tersisa, tidak ada lagi manusia lainnya. Jiwa manusia yang keras dan buas pun berubah dingin membeku seiring dengan hawa dingin yang menyelimuti hari-hari. Sementara rakyat Indonesia yang tersisa pun bertanya-tanya, masih perlukah Indonesia? Pertanyaan yang sama pun terlontar dari manusia yang tersisa di seluruh Negara di dunia. Hingga semua serentak timbul pertanyaan lagi, masih adakah dunia?


Blog Advertising Baca selengkapnya...

Minggu, 22 Maret 2009

PANCASILA

PANCASILA


1. KETUHANAN YANG MAHA ESA.



2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB.


3. PERSATUAN INDONESIA.


4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH
HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN.


5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA.


Baca selengkapnya...



Translation

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

by : BTF

Shoutmix


ShoutMix chat widget

Technorati

Lagu Untukmu

Profil

Foto Saya
F D R I
Kekuasaan sejati adalah amanah untuk keadilan, kesejahteraan dan kedamaian rakyat.
Lihat profil lengkapku


blog-indonesia.com


blogarama - the blog directory



View My Stats


Add to Technorati Favorites



Add to Technorati Favorites

 

Copyright © 2009 by FRONT DAULAT RAKYAT INDONESIA